Sudah banyak orang yang membuat replika supercar berbasis
mobil tertentu, dan di Indonesia beberapa orang mulai ikutan. Daripada
dibilang replika, mungkin lebih tepat kalau dibilang modifikasi biar
mirip supercar. Dari sedikit bengkel modifikasi yang bisa
membuat konversi bodi ekstrim seperti itu, saya menemukan satu di
Bandung. Nama bengkelnya Ron’z Modifikasi, terletak di daerah Cibaduyut,
Bandung, Jawa Barat.
Awalnya sih saya tidak menyangka kalau di
Cibaduyut ada bengkel seperti ini, karena yang terkenal dari Cibaduyut
itu ya alas kaki. Lebih kaget lagi saat mengetahui ternyata lokasi
bengkel ini agak tersembunyi dari jalan utama, bahkan tidak ada papan
nama bengkelnya. Apalagi di sekitar bengkel ini notabene adalah daerah
persawahan.
Kebetulan,
saat itu ada satu mobil yang sedang dikerjakan. Roni bilang, aslinya
ini adalah sebuah Peugeot 405, namun pemiliknya ingin mengubah bodi
mobil sedan Prancis itu supaya lebih eye catching saat dipakai
di jalanan sehari-hari, bukan untuk kontes atau apa. Tadinya saya kira
ini model Lamborghini Murcielago yang dipermak dengan sentuhan personal,
tapi beliau langsung menyanggah dan menunjukkan sumber inspirasinya,
yakni foto di bawah ini.
Bukan konsep official
Lamborghini memang, hanya render 3D buatan fans Lambo. Berbekal gambar
tersebut, Roni menguliti bodi Pug 405 dan membuat bodi Lamborghini
tersebut dengan bahan pelat. Tidak tanggung-tanggung, Pug 405 yang
aslinya bermesin depan dan FWD sekarang berubah haluan menjadi bermesin belakang dan RWD.
Mesinnya
diganti dengan mesin 6A13TT kepunyaan Mitsubishi Galant VR4, 2.500 cc
V6 twin turbo. Itu mesin yang kuat, sanggup dipompa sampai 800 hp, tapi
sepertinya untuk kasus satu ini tidak butuh lah ya tenaga sebesar itu,
tenaga 276 hp standarnya sepertinya sudah cukup. Saat saya datang, mesin
sudah bisa dinyalakan dan mobil sudah bisa bergerak maju-mundur.
Hasil konversinya memang belum selesai, tapi kelihatan menjanjikan sejauh ini. Ada satu-dua detail yang missed
sejauh saya melihat, meski nampaknya masih bisa dirapikan lagi oleh
tangan-tangan pekerjanya. Hasil bisik-bisik dengan Roni, proyek ini
sudah berjalan selama setahun dengan budget sekitar 350 jutaan sudah
digelontorkan pemilik Peugeot 405 itu.
Berlanjut dari Peugeot 405 tadi, saya menyimak ada bodi replika Ferrari Enzo dan Lamborghini Aventador yang kelihatannya cukup akurat, hampir mirip aslinya. Mekanisme pintunya saja mirip dengan Enzo dan Aventador yang asli. Di sekitar mobil itu, ada mainan remote control berbodi Ferrari Enzo dan Lamborghini Aventador. Dari situ saya menduga, mungkin modelnya mengacu pada mainan itu. Ingat, itu hanya bodinya ya, tidak ada interior atau mesin dan tidak berbasis mobil apa-apa.
“Saya bikin yang dua itu (Ferrari Enzo dan Lamborghini Aventador) untuk iseng saja, tapi ternyata ada customer yang tertarik. Yang replika Lamborghini Aventador baru dibeli oleh seorang perempuan seharga 370 juta Rupiah,” katanya. So far, saya melihat bentuknya cukup mirip dengan aslinya.
Menurut saya, asal detailnya diperhatikan semisal pakai pelek dan rem besar, knalpot besar, cover mesin ala Lamborghini yang rapi dan diseriusi lagi, saya yakin 90% bakal mirip antara Lamborghini Aventador Superveloce buatan Sant’Agata Bolognese asli dengan Lemburghini Avanzadhor Superveloz SuperKW buatan Sant’Cibaduyut Bandungnese ini.
Kita
semua mengerti, usaha pembuatan mobil replika tak akan lepas dari
cibiran orang, apalagi kalau hasilnya tidak rapi. Komentar seperti,”Ngapainabis segitu banyak buat bikin ginian, mending beli mobil baru” , “Ah, nggak rapi nih,”
dan cibiran-cibiran lainnya yang kadang tidak enak didengar. Tapi, Roni
menyikapi cibiran tersebut sebagai kritik yang bermanfaat untuk ia dan
bengkelnya.
“Kita anggap semua itu sebagai masukan untuk kita, supaya bisa lebih rapi dan baik lagi ke depannya,”
katanya. Kita sudah lihat sisi negatifnya, sekarang lihat sisi
positifnya. Andai usaha seperti ini tetap diseriusi, bukan tidak mungkin
menembus pasar dunia. Bisnis replika supercar itu ada pasarnya lho, contohnya di industri perfilman.Daripada sayang menghancurkan supercar asli seharga miliaran rupiah di film action, mending hancurkan replikanya saja yang harganya bisa 10 kali lipat lebih murah. Contoh nyatanya ada di film Need For Speed, di mana mayoritas mobilnya adalah replika.
Ketahuan kok kalau itu replika, soalnya di film itu dlihatkan kalau Dino bisa membuka kaca Lambo Sesto Elementonya pakai power window. Sesto Elemento yang asli kan tidak punya power window. Belum lagi Bugatti Veyron Super Sport itu jelas palsu, karena tidak punya side vents di dekat pintunya. Lykan Hypersport di Fast and Furious 7 juga replika, diklaim aslinya itu adalah sebuah Porsche Boxster.
“Saya sih juga mau kalau misalnya mobil replika saya dipakai untuk film. Jika ada produser film yang mau memakai replika saya, saya akan buatkan yang terbaik, saya juga berminat ke arah situ (bisnis replika supercar buat film),” kata Roni. Bagaimana menurutmu tentang modifikasi replika supercar buatan Sant’Cibaduyut Bandungnese ini? Sampaikan di kolom komentar!
Comments
Post a Comment